“Hoamm,, ngantuk ..”
begitulah setiap malam ketika aku memulai belajar atau membaca. Selalu
bawaannya tu nguap mulu lalu tidur >_< maklum mulainya aja larut
juga sich.
Wah, gawat kalau seperti
ini terus, aku ga bakal maju-maju.
Membaca, hanya sebatas
keinginan. Menulis, sebenarnya juga masih sebatas “angek-angek cik ayam” kata orang minang. Entah kenapa aku
masih juga seperti itu. Beuh, barangkali dikarenakan tidak dilatih kali ya.
Latih?? Huh, yang ada tu malah “latiah” setiap kali mencoba selalulah alasanku
“latiah”. Nahlo.. apa ini?, he.
Sementara itu, masalah
dalam hidupku satu persatupun bermunculan. #serius
amat. Oke, mulai dari masalah waktu, pekerjaan, kuliyah, teman,
tugas-tugas, masa depan, dan lainnya semakin mendesak untuk segera diselesaikan.
Baik, sekarang akanku
jabarkan sekelut apa sih masalah yang sedang kualami tersebut, yang mungkin
sangat mudah bagi orang lain untuk menyelesaikannya. Tp bagiku?
Pertama, adalah waktu.
Ini adalah masalah
paling besar yang tidak dapatku praktekkan dengan baik. Meski teori dikepala
sudah seabrek krebek (#istilah apa nih,
he) yang kudapatkan dari membaca
buku sekilas tentang disiplin namun, tidak juga bisa kupraktekkan dengan baik.
Memang benar tidak cukup hanya sekedar sifat baik yang kita miliki untuk
dijadikan modal kesuksesan, tidak lengkap juga hanya punya perilaku baik. Namun
semua itu tentu harus dirancang, ditata dan diarahkan. Jadi semua itu akan
terujud ketika seseorang sudah lihai dan pandai mengatur waktu. #ngutip dr buku andri wong… wong,, wong apa
ya,,,?
Wah, barangkali aku
termasuk golongan orang yang P malas nih. Karena, dari segi waktu saja belum
dapat ku atur dengan baik. #:(
Selanjutnya is troble of JOB (wiii,, keren bahasanya
tuh, bener gak t uh, artinya apa ya.. ahaha). Pekerjaan? Mang sambil
kuliyah aku kerja, ya? (iii, amnesia ya?)
Kerja itu identik sama
gaji kan, ya? Betul. Karena kata teman-temanku, aku punya banyak duit, diminta
terus tuh traktirannya setiap awal bulan. Mau ditraktir pake apa coba. Mereka
ga tau sih, aku kerja dimana. Kata yang lebih tepat adalah Pengabdian bukan
pekerjaan. Yaa.. pengabdian di radio yang bernama Sangsurya FM.( Itu radio kapan bisa majunya….. ?) cape
sendiri ngurusinnya. Setiap periode ketemu terus dengan masalah yang sama. (Yang salah siapa??) entahlah. Kata
ayahku sih, begini, kami yang nyiar ini Cuma sebagai penghidang, bukan pemasak
yang memikirkan bahan masakan, bumbu masakan, dimana bahan didapat sampai
kompor-kompornya juga dipikirin, bukan. Tapi kalian hanyalah sebagai
penghidangnya. Terus, yang masak siapa coba? Penjelasan ayah pun berlanjut,
bahwa radio ini berada dibawah organisasi besar yang ga diragukan lagi
dakwahnya. Ya apa beratnya sih kalau radio ini dikembangkan, dikelola oleh
bidang dakwahnya. (#oo,, jadi gitu).
Tapi, pimpinan tidak juga pernah mengerti! Huh, bosan!
KULIYAH… kata ini
membuatku sesak. Bukan aku namanya jika tidak telat. Bukan aku namanya jika
tidak terburu-buru keluar kelas. Bukan aku namanya yang ga sempat lihat nilai.
Bukan aku namanya yang sering esemessin teman nanya ini itu tentang kampus. (Wah sesibuk apa sih neng?) ga tau juga
kenapa aku bisa-bisanya seperti itu. Radio itu masih bergelayut diujung
nafasku. Meski kupunya banyak rekan, tetap saja aku yang jadi sasaran ketika mereka
berhalangan dan itu tidak sekali. Hingga akhirnya keteteran. aku bosan.
Tugas kuliyahpun
berantakkan. Aku kalah teman. Aku tertinggal. Akupun tak mampu memberikah
senyum dibibir kedua orang tuaku ketika namaku disebut cumloude diacara wisuda
tanggal 22 September. Aku gagal.
Dikampus aku juga punya
amanah dakwah. Karena kondisinya serba rumit, teman-teman pada mengerti aku.
Manusiapun tak kan bisa
mengerti. Hingga, aku ingin memberitahu-Nya, menggapai tangan-Nya, meraih
sentuhan-Nya, agar semua masalah ini dapatku selesaikan. Hingga tak lagi cemas
dengan cerahnya masa depan.